"Berpisah dengan pasangan menciptakan orang merasa duka dan kesepian, bahkan kalau itu yaitu sesuatu yang mereka inginkan," kata Janice Kiecolt-Glaser, seorang profesor psikiatri dan eksekutif Institute for Behavioral Medicine Research di Ohio State University.
Dalam penelitiannya, Kiecolt-Glaser telah menemukan bahwa cinta yang hilang sanggup berkembang menjadi kemarahan, dan pikiran itu terkait dengan perasaan kesepian, depresi serta melemahnya fungsi kekebalan tubuh.
Apa yang menyebabkan demikian? Sel sistem kekebalan badan Anda mengandung reseptor yang bereaksi terhadap aneka macam hormon, termasuk beberapa yang berkaitan dengan stres, depresi dan emosi yang disebabkan oleh putus cinta.
Jika dampak dari perpisahan menciptakan hormon stres Anda meningkat selama berminggu-minggu atau bahkan berbulan-bulan, itu sanggup menyebabkan peradangan, dan juga menggeser mikrobioma usus Anda. Pada akhirnya, itu sanggup menurunkan pertahanan badan Anda terhadap patogen penyebab penyakit. Pergeseran tersebut juga sanggup memperburuk perasaan sakit yang terkait dengan kondisi yang ada menyerupai arthritis.
"Isu utamanya yaitu tekanan psikologis," kata David Sbarra, seorang profesor psikologi di University of Arizona. "Semakin besar penderitaan Anda sehabis putus, dan semakin usang perasaan itu berlanjut, maka semakin besar pula dampaknya pada sistem kekebalan badan Anda," katanya.
Di sisi lain, bagi mereka yang merasa lega atau senang sehabis mengakhiri sebuah hubungan, tampaknya tidak mengalami imbas negatif pada fungsi kekebalan tubuh.
Sbarra mengatakan, untuk melindungi diri dari semua luka yang sehabis putus, cobalah berhenti memikirkan sesorang yang kau sukai. Sbarra menyampaikan orang-orang yang menghabiskan lebih banyak waktu dengan orang lain, bersosialisasi lebih banyak dan yang mempunyai percakapan lebih substantif dengan orang yang dicintai cenderung tidak mengalami hit sistem kekebalan tubuh.
references by rakyatku
