Tiga sumber di Uber yang tidak mau disebutkan namanya mengakui hal ini. Pemuda itu mengaku melaksanakan hal itu untuk melunasi tagihan Uber milik sang ibu.
Sayangnya, identitas hacker itu tidak diinformasikan secara terperinci oleh pihak Uber. Namun yang pasti, Uber meyakinkan bila data-data pengguna telah hilang dan tidak akan dapat disebarluaskan.
Sebelumnya, Uber sendiri telah memastikan pada 21 November, memang ada agresi peretasan ke jaringannya. Uber pun telah membayar kepada hacker sekitar US$100.000 atau sekira Rp1,3 miliar untuk menghancurkan semua isu penting itu. Namun dana itu dibayarkan sebagai hadiah bagi siapa saja yang dapat menemukan identitas hacker tersebut.
Menurut Business Insider, menurut penuturan pihak Uber, mereka telah melaksanakan pembayaran tahun kemudian melalui sebuah jadwal pemburu bug. Program itu memang cukup dikenal di kalangan industri software untuk mencari celah keamanan perusahaan yang berpotensi atau sudah dibobol.
Program yang dilakukan tahun kemudian itu diselenggarakan oleh perusahaan berjulukan HackerOne, yang memang cukup dikenal di perusahaan teknologi.
"Aksi peretasan yang dialami Uber ini bukanlah sebuah hasil dari kesalahan sistem keamanan mereka. Kami merekomendasikan pengguna untuk jangan pernah menyimpan susukan token, password, bentuk otentikasi atau kunci enkripsi ke dalam instruksi yang ada," ujar CEO HackerOne, Marten Mickos.
references by viva